Setelah mendalami dan membaca bagian pertama dari buku tersebut, akhirnya saya memutuskan untuk merangkum apa yang telah saya baca sebagai bagian dari internalisasi dan percepatan pemahaman dari apa yang telah saya baca. Saya jadi ingat kata pepatah, “Ilmu ibarat buruan dan tulisan adalah tali pengikatnya, oleh karena itu ikatlah ilmumu dengan menuliskannya". Begitu pula apa yang tertulis dalam akhir bagian satu buku ini: bahwa ketika belajar kita harus mengubah paradigma kita dari seorang pelajar menjadi seorang pengajar, yang dalam waktu kurang dari 48 jam harus mengajarkan apa yang telah dibacanya kepada orang lain, dengan begitu secara alami kita akan lebih memahami apa yang kita baca karena secara mental kita menyiapkannya untuk diajarkan kepada orang lain. Dalam hal ini, andaikata saya adalah seorang pengajar, maka saya akan menyiapkan bahan ajaran dengan cara merangkumnya.
amri's blog
Sunday, February 26, 2012
Segalanya Dimulai dari Diri Sendiri
Setelah mendalami dan membaca bagian pertama dari buku tersebut, akhirnya saya memutuskan untuk merangkum apa yang telah saya baca sebagai bagian dari internalisasi dan percepatan pemahaman dari apa yang telah saya baca. Saya jadi ingat kata pepatah, “Ilmu ibarat buruan dan tulisan adalah tali pengikatnya, oleh karena itu ikatlah ilmumu dengan menuliskannya". Begitu pula apa yang tertulis dalam akhir bagian satu buku ini: bahwa ketika belajar kita harus mengubah paradigma kita dari seorang pelajar menjadi seorang pengajar, yang dalam waktu kurang dari 48 jam harus mengajarkan apa yang telah dibacanya kepada orang lain, dengan begitu secara alami kita akan lebih memahami apa yang kita baca karena secara mental kita menyiapkannya untuk diajarkan kepada orang lain. Dalam hal ini, andaikata saya adalah seorang pengajar, maka saya akan menyiapkan bahan ajaran dengan cara merangkumnya.
Labels:
book,
motivation
Saturday, December 25, 2010
Eksotisme Batam, Kebijaksanaan Pulau Penyengat
Kepulauan Riau dari udara |
Hamparan laut biru muda terbentang luas dan seringkali diselingi oleh pulau-pulau kecil dengan pantai putihnya, beberapa dengan hutan lebatnya, memberitahu saya bahwa sebentar lagi pesawat saya akan mendarat. Hantaman roda pesawat dengan landasan pacu bandara internasional Hang Nadim terdengar keras, dan semakin keras, saat pesawat berusaha sekuat tenaga untuk berhenti seakan menghindari benturan dengan tembok besar yang menghadang di depan, walaupun sebenarnya bandara ini memiliki landasan pacu yang paling panjang seantero Indonesia, bahkan lebih panjang daripada bandara Soekarno-Hatta. Semakin lama mesin jet pesawat menderu semakin pelan, menandakan bahwa seluruh penumpang sudah diperbolehkan untuk turun. Saya pun melaju menyusuri lorong panjang, disambut oleh beberapa reklame yang mengucapkan selamat datang di sebuah pulau terdekat dengan kawasan paling maju dan paling modern di asia tenggara.
Gurindam 12, karya Raja Ali Haji dari Pulau Penyengat, Provinsi Kepulauan Riau
Inilah Gurindam Dua Belas
Karya Raja Ali Haji
Pulau Penyengat, Provinsi Kepulauan Riau
Pulau Penyengat, Provinsi Kepulauan Riau
Persimpanan yang indah-indah
Yaitulah ilmu yang memberi faedah
Aku hendak bertutur
Akan gurindam yang beratur
Gurindam I
Ini gurindam pasal yang pertama
Barang siapa tiada memegang agama,
sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama.
Barang siapa mengenal yang empat,
maka ia itulah orang ma'rifat
Barang siapa mengenal Allah,
suruh dan tegahnya tiada ia menyalah.
Barang siapa mengenal diri,
maka telah mengenal akan Tuhan yang bahari.
Barang siapa mengenal dunia,
tahulah ia barang yang terpedaya.
Barang siapa mengenal akhirat,
tahulah ia dunia melarat.
Thursday, December 9, 2010
Ekonomi Islam, sebuah pandangan pribadi
Saya baru saja menyelesaikan sebuah kuliah informal, informal karena kuliah ini dibuat dan dikelola oleh organisasi mahasiswa dan bukan oleh universitas, yang memiliki tema tentang ekonomi Islam sehingga disebut dengan kuliah informal ekonomis islam (KIEI). KIEI dibuat oleh Forum Studi Islam (FSI) Fakultas Ekonomi UI dan dilaksanakan sebanyak enam kali pertemuan (6 minggu) termasuk di dalamnya ada UTS dan UAS (namanya juga kuliah!). Terdapat tiga kelas yang bisa diikuti yaitu kelas basic, kelas banking, dan kelas insurance. Saya sendiri akhirnya memilih kelas basic karena masih awam dengan konsep-konsep ekonomi dalam pandangan Islam dan ingin mengetahui gambaran umum tentang bagaimana cara Islam menentukan kerangka aturan ekonomi.
Sebelum masuk ke tema utama artikel ini, ada sedikit kisah menarik yang ingin saya ceritakan sebelum mengikuti kuliah ini. Kuliah ini sebenarnya sudah lama diadakan di FE UI secara rutin dan saya sudah tahu tentang keberadaannya semenjak kuliah dari Kak Hadi Math 03 (makasih bro, hehe..) yang pada waktu itu telah menyelesaikannya. Saya tertarik untuk ikut namun tidak tertarik untuk mencari info lebih jauh, so, gimana bisa ikut kalo gitu. Akhirnya waktu berselang sekian tahun dan saya bertemu lagi dengan Kak Hadi ketika sedang kumpul reuni CT HMD. Nah ketika bertemu itulah saya jadi ingat lagi tentang kuliah tersebut, saya tanyakan apa namanya dan ternyata namanya adalah KIEI. Langsung saja saya googling tentang KIEI dan ternyata kuliah tersebut sudah dimulai di hari sabtu pekan kemarin. Ceesssss, langsung lemas badan ini setelah mengetahui kenyataan bahwa saya sudah terlambat untuk ikut dan harus menunggu setahun lagi. Tapi kali ini saya tidak menyerah, langsung saya hubungi panitia dan menanyakan apakah saya masih bisa ikut, tak masalah bagi saya jika harus ketinggalan satu pertemuan. Sms saya baru dibalas oleh panitia esok harinya, tebak apa isinya?? Katanya KIEI diundur dan baru dimulai minggu depan! Horeeeee!! Jadi ingat sama suatu hadist,
Rasulullah SAW bersabda : Allah Azza wajalla berfirman : “Apabila hamba-Ku mendekat pada-Ku satu jengkal, maka Aku akan mendekat padanya satu hasta, dan apabila dia mendekat pada-Ku satu hasta, maka Aku mendekat padanya satu depa, dan apabila dia mendekat pada-Ku dengan berjalan, maka Aku akan mendekat padanya dengan berlari.”Demikian kisah kecil saya sebelum memulai KIEI. Saya jadi semakin yakin bahwa Allah pasti akan membantu orang yang sungguh-sungguh untuk mencari ilmu.
Sebelum masuk ke bahasan utama, satu hal yang ingin saya tekankan di sini setelah saya mengikuti KIEI dan belajar tentang ekonomi Islam, yaitu saya sadar bahwa sistem ekonomi Islam bukanlah ditujukan untuk orang-orang Islam saja, namun dapat diterapkan bagi seluruh manusia untuk menciptakan sistem ekonomi yang berkeadilan. Ibarat seorang turis asing yang sedang berwisata di Indonesia, maka dia harus tunduk pada aturan yang berlaku di Indonesia. Misalnya dia mau mengendarai motor, maka dia harus menggunakan helm sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia. Namun apakah dia harus pindah kewarganegaraan untuk bisa mengendarai motor di Indonesia? Tentu saja tidak bukan? Demikian pula dengan sistem ekonomi Islam, seseorang tidak harus menjadi seorang muslim untuk dapat menerapkan ekonomi Islam, bahkan negara-negara maju yang notabene sebagian besar penduduknya bukan Islam seperti Inggris, Cina, Singapura, dll, sekarang berlomba-lomba untuk menerapkan sistem ekonomi Islam dan membuat bank Syariah skala besar. Hal apa yang membuat mereka tertarik dengan ekonomi Islam? Baiklah, langsung saja kita masuk ke bahasan utama! Ehem, mulai sekarang pakai bahasa yang (agak) serius. :p
Sunday, November 21, 2010
Kelinci vs Kura-kura
Kali ini saya akan menceritakan suatu kisah klasik yang terkenal dan mungkin pembaca sudah pernah mendengarnya. Kisah yang sederhana dan jenaka, namun sarat makna dan pelajaran. Cerita ini berjudul kelinci dan kura-kura. Bagaimana, sudah pernah mendengarnya bukan? :)
Alkisah suatu hari hiduplah seekor kelinci dan seekor kura-kura. Sang kelinci memiliki kemampuan khusus yang tidak dimiliki oleh seekor kura-kura, yaitu kemampuan untuk berlari dengan sangat cepat. Hewan-hewan lain pun pasti akan kaget jika kelinci tersebut berlari di sebelahnya karena kecepatannya yang tinggi.
Suatu ketika, kelinci sedang berlari dengan sangat cepat dan bertemu dengan seekor kura-kura di tengah perjalanannya. Kura-kura tersebut juga sedang berlari, namun janganlah pembaca bandingkan kecepatannya dengan sang kelinci. Walaupun kura-kura tersebut sedang berlari, tetap saja kecepatannya adalah kecepatan seekor kura-kura yang lambat. Sang kelinci pun berhenti dengan tiba-tiba untuk sekedar mengejek kura-kura tersebut dan berkata bahwa sang kura-kura berlari dengan sangat lambat! Hah, sombong sekali kelinci tersebut. Banyak hewan-hewan lain disekitar situ yang tidak suka mendengar perkataan kelinci namun hanya bisa mengejek dari jauh.
Labels:
motivation
Subscribe to:
Posts (Atom)