Thursday, September 16, 2010

Siapa harus mengalah?

Semakin besar jumlah keluarga, maka lama-kelamaan akan semakin lucu dan anehlah struktur pohon silsilahnya. Begitu yang saya rasakan berada di keluarga besar ibu dari Indramayu, Jawa Barat. Kisah dimulai ketika kami mudik lebaran 2010 kemarin, tiga keluarga kami yang tinggal di Jakarta pergi bersama-sama ke Indramayu. Saya dan ibu pergi bareng kakak yang sudah berkeluarga beserta istri dan anaknya. Anak kakak saya tersebut bernama Rani, umur 2 tahun. Di awal mudik lebaran tersebut, kami langsung menuju ke Kuningan untuk bersilaturahmi ke rumah-rumah saudara nenek, setelah itu barulah kami bisa bersenang-senang menikmati liburan di Indramayu.

Kejadian bermula ketika Mas Adi alias kakak saya membelikan balon buat anaknya, yaitu Rani. Senanglah si Rani dapet balon yang bagus berbentuk helikopter. Dibawanya balon tersebut ke dalam rumah untuk diperlihatkan ke saya, sang om favorit :p. Tentu saja di dalam rumah ada banyak orang, karena kami sedang silaturahmi lebaran. Diantara keramaian itu juga ada sepupu-sepupu saya.

Perlu diketahui bahwa rentang umur di keluarga kami sangat jauh, kakak saya yang paling tua berumur 30 tahun, dan sepupu saya yang paling kecil baru 3 bulan! Saat itu, salah satu sepupu saya yang bernama Nabil, umur 1.5 tahun,  melihat balon helikopter Rani dan langsung merebutnya. Bisa ditebak kejadian apa yang terjadi selanjutnya, mereka rebutan balon, tak ada yang mau mengalah. Kami tertawa melihat kejadian tersebut karena baru kali ini melihat om Nabil merebut balon Rani sang keponakannya sendiri. Seharusnya om ngalah sama ponakan, kan?? Eh, tapi tunggu dulu, ternyata Rani lebih tua daripada omnya, dan seharusnya yang lebih tua harus mengalah kepada yang muda, kan??


Nah lo, jadi bingung situasinya. Kalau sudah begini siapa yang harus mengalah? Dua-duanya tidak mau mengalah dan saling mengklaim bahwa balon itu miliknya. Karena Rani sudah lebih tua dan lebih mengerti tentang arti berbagi dan pinjam meminjam, akhirnya kami membujuk Rani untuk mengalah kepada omnya, karena kalau tidak omnya akan teriak-teriak dan menangis untuk mendapatkan balon idamannya tersebut. Hmmm, setelah dipikir-pikir lagi, solusi terbaik ya bapaknya yang harus mengalah dengan membelikan balon 1 lagi buat Nabil... :p hehe, sayang tukang balonnya sudah menghilang entah di mana.

Inilah penampakan balon yang menarik perhatian kedua bocah itu.

Untung ini hanya berantem tingkat bocah 1.5 dan 2 tahun, jadi setelah itu mereka langsung lupa tentang apa yang terjadi. Kedua om dan ponakan tersebut akhirnya kelelahan dan tidur,
kiri: om, kanan: ponakan
dan setelah bangun langsung akur lagi... :D
berpelukan...
Oiya, saya sendiri juga punya om yang lebih muda, tinggalnya juga di Kuningan, waktu kecil kami sering main bareng. Ketika ponakan saya yang paling tua lahir, dia sukses menjadi seorang eyang walaupun masih SD. Dan sekarang walaupun dia masih di bangku SMA, cucunya sudah semakin banyak. :D

Hikmah yang bisa diambil dari cerita ini: banyak-banyaklah punya anak biar seru dan rame. :p

2 comments:

What's on your mind? :)